Banda Aceh- SMA Negeri 13 Banda Aceh Mengadakan Seminar World Tsunami Awareness Day 2020 bertempat di ruang pustaka SMA Negeri 13 Banda Aceh,Sabtu (28/11/2020).Kegiatan ini merupakan kegiatan tahunan dimana setiap tanggal 5 November dipilih untuk menghormati cerita Jepang "Inamura-no-hi" yang berarti membakar beras dengan jumlah besar. Selama gempa bumi tahun 1854, diceritakan seorang petani melihat air laut yang surut, sebuah pertanda dari tsunami. Petani itu membakar seluruh panennya untuk memperingatkan para penduduk desa agar pergi ke tempat yang lebih tinggi. Setelahnya, ia membangun sebuah tanggul dan menanam pohon untuk menghalau gelombang di kemudian hari.
Seminar ini mengangkat tema “Meningkatkan kesadaran Bencana Gempa dan Tsunami di Kota Banda Aceh Pada Satuan Pendidikan Dan Masyarakat Daerah Rawan Bencana Serta Cara Pencegahannya”,dan bekerja sama dengan pihak Office of International Affairs Universitas Syiah Kuala (OIA).
Kegiatan tersebut dibuka langsung oleh ketua OIA, Dr Muzailin Affan Msc.Dalam sambutannya menjelaskan hal - hal apa saja yang dapat kita lakukan untuk menjaga memori atau sejarah dari bencana yang telah melanda Aceh 16 tahun silam,bencana tsunami tersebut sangat layak untuk dijadikan sebagai sebuah pembelajaran agar kita selalu waspada dan bijak dalam menghadapi bencana yang akan datang.
“Untuk mengenang bencana yang telah terjadi ada banyak hal yang harus kita lakukan,antara lain membentuk forum atau Tim peduli kebencanaan ditingkat sekolah maupun di tingkat masyarakat,seperti yang telah dilakukan pada hari ini”,Jelasnya
Sementara Kepala Sekolah SMA Negeri 13 Banda Aceh, Amran S.Ag.M.Pd. dalam sambutanya sangat mengapresiasi kegiatan ini dan mengucapkan terima kasih kepada pihak OIA.Kepada Delegasi Youth Ambassador for World Tsunami Awareness Day dari tahun Angkatan 2016-2019.
Aceh telah diberikan kesempatan berturut-turut selama 4 tahun ini yang terdiri dari 5 Sekolah yaitu SMA Negeri 1 Banda Aceh,SMA Negeri 1 Peukan Bada,SMA Negeri 2 Banda Aceh,SMA Negeri 6 Banda Aceh serta SMA Negeri 13 Banda Aceh yang menjadi tuan ramah pada kegiatan kali ini.Serta kepada Mr Tanaka yang mewakili dari Kedutaan Besar Jepang di Jakarta melalui media zoom untuk menyukseskan kegiatan hari ini.
Beliau juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Dinas Pendidikan Aceh,Muspika kecamatan Kuta Raja,Ketua Perwakilan PGRI kota Banda Aceh,serta para undangan yang telah berhadir baik secara langsung maupun secara virtual melalui media zoom.Ucapan terima kasih beliau juga menyampaikan kepada seluruh dewan guru dan tendik SMA Negeri 13 Banda Aceh yang sudah bekerja tampa pamrih demi terlaksana acara ini dengan sukses.
Ketua panitia kegiatan ini oleh Hidayat Syah Al Hakim melaporkan tujuan kegiatan ini merupakan agenda tahunan dalam memperingati World Tsunami Awareness Day serta ajang silaturahmi alumni delegasi Indonesia.
Hidayatsyah juga menyampaikan bahwa pada tahun ini diadakan di SMA Negeri 13 Banda Aceh dengan jumlah peserta yang mengikuti kegiatan tersebut sebanyak 150 dari berbagi sekolah baik mengikuti luring maupun via zoom atau daring,”pungkasnya.
Kegiatan kali diadakan dimasa pandemi Covid 19 dan menerapkan protokol kesehatan yaitu dengan pengecekan suhu,mencuci tangan dan wajib memakai masker serta menjaga jarak ketika memasuki ruangan acara.kami menghimbau bahwasanya dengan kesadaran kita masing – masing kita dapat membantu pemerintah dalam menangani pandemic tersebut.
Selain itu pada tahun ini dihadiri pula melalui media zoom oleh perwakilan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta oleh Mr Tanaka dimana beliau sangat mengapresiasi kegiatan yang digagas oleh pemuda-pemudi aceh dalam mengurangi resiko bencana yang bisa terjadi kapan saja dan dimana saja”Pungkasnya.
Beliau mengharapkan kegiatan ini terus berlanjut kepada pemuda-pemudi di seluruh Indonesia melalui Sosialisasi serta melalui media social,agar kita siap siaga ketika bencana berlangsung,pemerintah sendiri pula sangatlah merospon baik dalam hal ini Seperti Pemugaran Guha Ek Leutik yang merupakan gua dimana terdapat endapan Tsunami purba serta setiap tahun melaksanakan sosialisasi maupun kegiatan Simulasi Gempa dan Tsunami tingkat masyarakat dan Sekolah.
SMA Negeri 13 Banda Aceh Merupakan salah satu sekolah dimana sekolah ini terletak 1,5 Km dari bibir pantai membuat sekolah ini sangat berisiko akan gempa dan tsunami,maka dari itulah pihak sekokah terus aktif berbenah khususnya dalam pengurangan resiko bencana dengan berbagai pihak.
Pada Desember 2017 yang lalu juga merupakan sekolah satu satunya yang mengikuti kegiatan pameran di Peringatan Gempa dan Tsunami Aceh ke 13 yang dilaksanakan di Leupung,Aceh Besar dimana sekolah ini mengirimkan 6 karya terbaik dalam ajang pameran tersebut yang bekerja sama dengan pihak Taman Budaya Aceh.
Dimana dalam meningkatkan kesadaran bencana juga bisa dilaksanakan melalui media seni salah satunya lukisan,pada saat itu sekolah ini membuat beberapa karya yang terispirasi dari proses terjadinya tsunami seperti pergerakan lempeng,gunung Meletus maupun jatuhnya meteor ke lautan yang menyebabkan ombak laut lebih besar yang bisa menghantam area pantai dan menimbulkan tsunami.
Selanjutnya Pada 2018 juga SMA Negeri 13 Banda Aceh dan SMP Negeri 12 Banda Aceh melaksanakan simulasi gempa dan tsunami secara bersama yang melibatkan banyak pihak seperti BPBD,BMKG,SAR,RAPI,dan unsur lainnya.dimana dalam kegiatan ini berpusat di kedua sekolah tersebut sebagai tempat penyelamatan atau yang dikenal dengan Escape Building.
Gampong Jawa merupakan desa dimana letaknya di ujung pulau Sumatera dan Nol Kilometer kota Banda Aceh,dimana pemerintah juga turut aktif dalam penanganan bencana seperti pembangunan batu pemecah ombak dan merupakan salah satu cara untuk mengurangi resiko bencana tersebut,maka dari itulah tidak hanya pemerintah yang berkempentingan akan bencana tetapih masyarakat juga harus aktif dalam pengurangan resiko bencana tersebut.
SMA Negeri 13 Banda Aceh menjadi utusan sekolah mewakili Indonesia untuk hadir pada kegiatan Youth Ambassador for World Tsunami Awareness Day 2019 di Hokkaido,Jepang.Ini membuktikan begitu pentingnya peran sekolah pesisir khususnya dalam mengurangi resiko bencana gempa dan tsunami tersebut.
Pada saat itu sekolah ini mengankat tema yaitu Vilage Watching atau Pengamatan Desa,dimana dalam pengamatan ini kita melaksanakan survey ke masyarakat khususnya area sekolah selanjutnya mengunjungi BPBD kota Banda Aceh untuk mendapatkan data potensi bencana di kota Banda Aceh,dan dilanjutkan dengan pembuatan rencana aksi yaitu pelaksanaan sosialisasi,pelaksanaan simulasi gempa dan tsunami serta mengujungi tempat peninggalan tsunami 2004 silam agar kita bisa belajar dari masa lalu.
16 Tahun sudah gempa dan tsunami menghantam tanah rencong,kita sebagai generasi milenial harus selalu berbenah agar kita dapat meningkatkan kesadaran dalam penanganan bencana seperti yang bisa kita lihat di pulau Simeulue yang korbannya tidak banyak,maka dari itulah pentingnya kita melaksanakan mitigasi bencana.
Presentasi Seminar World Tsunami Awareness Day 2020